Menjadi Guru Adalah Prinsip Sepanjang Hayat

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

SETIAP HARI ADALAH KESEMPATAN BARU

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 15 Agustus 2013

TENGKULUK SIMBOL KELUHURAN BUDI WANITA JAMBI

Tengkuluk berarti penutup kepala dan sering disebut takuluk atau kuluk. Selain berfungsi sebagai salah satu pelengkap busana tradisional, tengkuluk  juga bisa digunakan dlm acara formal, pesta adat serta pelindung kepala saat di sawah. Seiring bergulirnya waktu, fungsi tengkuluk tidak hanya sekedar penutup kepala saja, tetapi menjadi lebih kompleks, sebagai alat atau penunjuk agama dan status sosial. Hingga kini, tengkuluk masih tetap setia menjadi simbol kecantikan dan keluhuran budi wanita Melayu Jambi. hingga saat sekarang tengkuluk dalam bentuk asli masih di pakai oleh orang - orang tua di dusun dusun, yang mena penggunaan tengkuluk yaitu dengan melilitkan kain di atas kepala sesuai dengan pungsinya, tanpa menggunakan peniti ataupun jarum. cerminan keluhuran budi terlihat pada saat wanita wanita jambi hendak keluar rumah mereka tetap akan menutup kepala mereka. di dalam islam ini di wajibkan karna menutup aurat itu wajib. di dalam adat ini mencerminkan kesopanan dan penghormatan terhadap ninek mamak. karna jika wanita yang keluar rumah tanpa menutup kepala pada masa itu di anggap sebagai wanita yang tidakpunya kesopanan. selain itu cerminan keluhuran budi wanita melayu juga terlihat pada saat menerima tamu lawan jenis ke rumah. maka wanita empunya rumah belum akan keluar untuk menyambut tamu atau menghidangkan minuman sebelum dia menutup kepalanya minimal dengan melilitkan tengkuluk di atas kepalanya.
sorang nenek dengan baluta tengkuluk hariannya

keluar rumah tetap pakai tengkuluk
tengkuluk ke humo / ketalang petang
di rumah membuat ambung tetap pakai tengkuluk
tengkuluk cincin duo di acara adat


Menurut Budayawan Jambi, Junaidi T Noor, berdasarkan sejarah Tengkuluk diambil dari patung perempuan mengenakan pentutup kepala di Lahat, Sumsel, Pada masa sebelum Masehi, tepatnya pada zaman Melayu Tua.
Seorang wanita yang mengenakan tengkuluk akan terlihat anggun dan berwibawa. hingga saat ini di era modern. penggunaan tengkuluk masih di pakai para wanita jambi di acara - acara resmi. seiring dengan perkembangan zaman wanita jambi saat ini yang menggunakan tengkuluk hanya wanita yang berusia rata-rata 40 tahun keatas. hal ini di sebabkan bergesernya nilai dan norma kesopanan, serta jilbab di pandang lebih simpel dan mudah pemasangannya dari pada tengkulik. namun di sisi lain pengguna jilbab tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan tengkuluk, karana ratu munawarah sudah mengembangkannya hingga tengkuluk bisa di pakai walaupun bagi wanita yang berjilbab. bahkan sudah merambah pada komunitas hijabers yang mengembangkan bentuk tengkuluk menjadi lebih modis dan sesuai dengan padu padan busana muslimah saat ini. dan ini tentunya menjadi salah satu motivasi bagi masyarakat jambi untuk memasyarakatkan tengkuluk pada masyarakat luar jambi hingga nasional. karna songket atau kain batik jambi memang memiliki motif yang sangat unik dan memadukan antara klasik dan modren. sehingga pengguna kain ini akan terlihat nuansa ethnik namun tetap modis...

Ada aturan dalam memasang tengkuluk, yaitu apabila kain menjuntai ke arah kanan menandakan bahwa wanita itu telah bersuami dan apabila kain menjuntai ke arah kiri berarti ia adalah seorang gadis. pemakaian tengkulukpun bervariasi, mulai dari pemakaian yang simpel hingga membutuhkan keterampilan khusus.
Di Jambi sendiri ada tengkuluk yang memiliki 86 jenis lipatan, tapi yang sudah dibukukan baru 42 jenis. Beberapa jenis tengkuluk diantaranya Bunga Rampai, Daun Jeruk, Daun Sirih Terurai, Pulau Rengas,Tekuluk Pinang, Tekuluk Pedado dan Tekuluk Cempako. Banyaknya lipatan pada tengkuluk menunjukkan perbedaan masing-masing wilayah di Provinsi Jambi. Tengkuluk untuk Kabupaten Merangin memiliki 40 lipatan.



Rabu, 14 Agustus 2013

TRADISI LISAN KUNO MELAYU JAMBI

 Tradisi lisan, budaya lisan dan adat lisan adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan atau kesaksian itu disampaikan melalui ucapan, pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, nasihat, balada, atau lagu. Pada cara ini, maka mungkinlah suatu masyarakat dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan lainnya ke generasi penerusnya tanpa melibatkan bahasa tulisan.
salah satu pewaris tradisi tutur di kab. Kerinci

Jambi sebagai salah satu kelompok subetnis Melayu di Nusantara, memiliki khazanah sastra yang cukup banyak, yang disebut dengan sastra Melayu Jambi. Maizar karim mengatakan Pada umumnya sastra Melayu Jambi yang sampai kepada kita berasal dari periode datangnya Islam, yaitu akhir abad ke-13—16. Walaupun demikian, tidak jarang sastra itu mencerminkan juga bentuk-bentuk folklore Melayu Jambi dan nilai-nilai seni dari zaman Hindu-Budha, yaitu abad-abad pertama sampai dengan pertengahan abad ke-14 M. Teks-teks sastra tersebut merupakan sumber yang dapat menambah wawasan dan pemahaman atas sebagian warisan budaya nenek moyang. Ia memiliki nilai yang sangat tinggi, yang di dalamnya terkandung alam pikiran, perasaan, adat-istiadat, kepercayaan, dan sistem nilai masyarakat Melayu Jambi masa lampau.

Dari beberapa pemahaman tersebut, dapat kita pahami bahwa jambi sangat kaya dengan budaya yang berbentuk tradisi lisan yang berkembng di tengah masyarkat hingga saat sekarang. dan sastra yag berbentuk tradisi lisan ini memiliki khas dan keagungan tersendiri bagi msyarakat jambi itu sendiri.karya cipta masyarakat ini tidak hanya menggambarkan permukaan. tapi, juga menggambarkan perasaan di dalam jiwa masyarakat.yang memiliki nilai hubungan antara manusia dengan sang pencipta, manusia dengan alam, manusia dengan manusia,dan manusia dengan dirinya sendiri. 
sehngga dengan adanya upaya penjagaan,regenerasi, penurunan, dan upaya melestarikan tradisi lisan ini akan menambah kekayaan budaya bangsa serta menjadi khasanah nusantara khususnya jambi itu sendiri. karna Jambi akan di kenal oleh masyarakat luar melalui budaya yang unik dan di jaga serta menjadi bagian bagi masyarakat jambi. 

Minggu, 11 Agustus 2013

SASTRA LISAN KRINOK

Mestro Krinok Rantau Pandan


Krinok merupakan salah satu tutur kata yang di lantunkan dengan irama dan di iringi melody sehingga menjadi lagu yang bersifat free meter, cengkok yang khas di dalam lantunan krinok ini memberikan nilai keindahan tersendiri bagi penikmat kesenian ini.

Krinok pada awalnya di tutur atau di lantunkan sebagai pelampiasan perasaan / ekpresi emosi penutur itu sendiri tampa iringan musik atau melodi apa pun, sehingga lirik atau kata- kata yang di lantunkan bersifat free atau bebas sesuai dengan suasana hati penutur pada saat itu. rasa rindu, iba, hina, dan beragam rasa lainnya di tuturkan dalam bentuk pantun yang di lantunkan sesuai dengan irama krinok. yaitu vocal tunggal dengan tutur yang bernada tinggi.

Seiring dengan perkembangan zaman. kesenian ini beranak dari tradisi lisan menjadi sebuah pertunjukan yang di iringi dengan biola, gong, gendang, dan kulintang kayu. dan menjadi musik latar dalam sebuah pertunjukan tariu tauh yang sering di tampilkan pada saat berelek gedang atau baselang dalam masyarakat adat kabupaten BUNGO.

Krinok pada generasi awal mendapat pertentangan dalam kalangan ulama' dan pegawai syra', hal ini di sebabkan liriknya yang berisi ratapan yang seakan akan mengkufuri ni'mat yang sudah di berikan tuhan. juga dari kalangan masyarakat adat yang mana kesenian ini juga terkadang dapat menyebabkan perceraian dalam rumah tangga di sebabkan rasa cemburu berlebihan sang istri di kala suaminya ikut menari tauh atau berbalas pantun krinok dengan wanita lain atau sebaliknya, di dalam suatu pesta. makanya masyarakat adat pun memandang hal ini menjadi penyebab rusaknya tatanan rumah tangga dan adat.
Namun sesuai dengan perkembangan zaman hal tersebut tidak terjadi lagi. karena pola pemikiran masyarakat yang sudah modren, dan hanya menganggap kesenian ini sebagai sebuah pertunjukan hiburan biasa yang aplikasinya hanya sebatas di panggung saja. Sehingga hal tersebutlah yang menadi dasar bagi mana krinok itu dapat di pertahankan sebagai khasanah budaya yang berakar dari tradisi lisan masyaraka melayu kuno.

Mulya Jaya dalam tulisannya Mengatakan Dinamika krinok di Kabupaten Bungo berkaitan erat dengan perkembangan kebudayaan melayu jambi dan minangkabau. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia oleh karenanya kebudayaan dengan sendirinya akan mengalami perubahan dan perkembangannya seiring dengan kehidupan manusia. Perkembangan diarahkan demi kepentingan manusia karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia sendiri.

Berikut penulis tuliskan beberapa lirik krinok behibo hati yang sudah pernah di tampilkan di beberapa pementasan seni di daerah

KRINOK BAHIBO
oleh : ANDRA JULIANDRA

( sampiran )
hooooo ho ho hoiiiiiiiiiiiiii dek
hoooooo hoooo hoooiiiiiiiiii apo di arapppp yoooooo dek kepado padi
apoo di haraaap eyooooo dek kepado padi
babuah idak bahumo idak
buah nan ado lah hampo puloooooooo
la hamppooooo puloooo yoooooooooo dek 

tinggi nian kau durian
tinggi manyulang si mao aghi
mano pulak tumbuh sebatang
idak selaghik lah dingan kanti
dingan kantiiiiiiii yooooooooooo dek sayang hoiiiiii

( jawab )
hooooooo hoho hohooiiiiiiiiiiiiiiiiii apo di harapppppp yoooooo dek kepado kami
apo di harrraaaaappp yoooooo dek keapdo kami
batuah idak bagheto idak
tuah nandi lah hino puloooo
lahinooooooo puloooo yyoooo dek 

malang nian lah nasip badan
sukat aku lain di kanti
idak sajunjung dingan kacang
idak selaghik dengan padi...
dingan padieeeeeeeeeeyooooooo dek sayang hoiiiii

lirik tergantung lagheh atau bentuk tutur yang akan di lantunkan
bisa pantun 4 bait, 6 bait, atau pantun 8 bait seperti yang sudah penulis sampaikan.
namu terlepas dari apa dan bagaiman pun itu, jika kesenian ini benar benar di lantunkan dari perasaan, maka kata- kata yang akan di tuturkan akan datang dengan sendiri sesuai dengan imijinasi dan perasaan penutur pada saat itu. sehingga ini lah sebab kenapa tidak ada lirik baku dari kesenian krenok ini

untuk video silahkan kunjungi http://www.youtube.com/watch?v=gZRsjDBfpIQ



JAMBI NEGERI SELOKO

Susilo Bambang Yudhoyono
sri paduko maharajo notonegoro

Negeri jambi..negeri melayu yang lah tenamo dari zaman dahulu kalo, di pimpin oleh rajo nan alim bijaksano. mulai dari ujung jabung sampai durian di takuk rajo, dari sialang balantak besi hinggo bukit tambun tulang. tuan benamo datuk paduko berhalo dengan ratu putri selaras pinang masak. dengan putro rangkayo hitam nan gagah perkaso..di lingkung adat dengan agamo. yang sudah tersebut di dalam seloko melayu jambi

Lautnyo sakti rantaunyo batuah
aek nyo jenih ikannyo jinak
rumputnyo panjang kerbaunyo gemuk

bungin di pulau menjadi emas
batu di gunung menajdi intan
lalang di tanam bebuah padi
cekur di lambuk kuning isi nyo
kayu di rimbo babungo perak
tanaman di humo babungo suaso

bumi senang padi menjadi
negeri aman kampungnyo rami
ke ayek cemetik keno
ke darat durian runtuh
dilaman terenak beembang biak
naik umah anak pun lahir
masuk dapur lemang tebujur

apo di pintak apo dapat
mano di kendak segalo ado
selagi basebut selagi banamo
sekali pinto sekali belaku
balak jauh penyakit lepeh

segalo itu di dapat dan di rasokan kareno segalo masyarakat hidup besamo saling tolong menolong, sesuai dengan kato seloko

tudung menudung bak daun sirih
taup bataup bak unak ketam
jait ba jait bak daun petai

betemu empang unak samp di teteh
betemu empang batang samo di kabung
betemu empang batu samo di kalik

naik samo ke ateh puncak nan satu
turus samo kebawah luhak nan dalam

bulan baik saling menjelang
berelek samo bagendang
malang samo baibo
muju samo balabo

dak ado kusut nan idak di selesai
dak ado keruh nan idak di jernihkan
agamo di kerjo
adat di pegang
tuah di jago