Kamis, 15 Agustus 2013

TENGKULUK SIMBOL KELUHURAN BUDI WANITA JAMBI

Tengkuluk berarti penutup kepala dan sering disebut takuluk atau kuluk. Selain berfungsi sebagai salah satu pelengkap busana tradisional, tengkuluk  juga bisa digunakan dlm acara formal, pesta adat serta pelindung kepala saat di sawah. Seiring bergulirnya waktu, fungsi tengkuluk tidak hanya sekedar penutup kepala saja, tetapi menjadi lebih kompleks, sebagai alat atau penunjuk agama dan status sosial. Hingga kini, tengkuluk masih tetap setia menjadi simbol kecantikan dan keluhuran budi wanita Melayu Jambi. hingga saat sekarang tengkuluk dalam bentuk asli masih di pakai oleh orang - orang tua di dusun dusun, yang mena penggunaan tengkuluk yaitu dengan melilitkan kain di atas kepala sesuai dengan pungsinya, tanpa menggunakan peniti ataupun jarum. cerminan keluhuran budi terlihat pada saat wanita wanita jambi hendak keluar rumah mereka tetap akan menutup kepala mereka. di dalam islam ini di wajibkan karna menutup aurat itu wajib. di dalam adat ini mencerminkan kesopanan dan penghormatan terhadap ninek mamak. karna jika wanita yang keluar rumah tanpa menutup kepala pada masa itu di anggap sebagai wanita yang tidakpunya kesopanan. selain itu cerminan keluhuran budi wanita melayu juga terlihat pada saat menerima tamu lawan jenis ke rumah. maka wanita empunya rumah belum akan keluar untuk menyambut tamu atau menghidangkan minuman sebelum dia menutup kepalanya minimal dengan melilitkan tengkuluk di atas kepalanya.
sorang nenek dengan baluta tengkuluk hariannya

keluar rumah tetap pakai tengkuluk
tengkuluk ke humo / ketalang petang
di rumah membuat ambung tetap pakai tengkuluk
tengkuluk cincin duo di acara adat


Menurut Budayawan Jambi, Junaidi T Noor, berdasarkan sejarah Tengkuluk diambil dari patung perempuan mengenakan pentutup kepala di Lahat, Sumsel, Pada masa sebelum Masehi, tepatnya pada zaman Melayu Tua.
Seorang wanita yang mengenakan tengkuluk akan terlihat anggun dan berwibawa. hingga saat ini di era modern. penggunaan tengkuluk masih di pakai para wanita jambi di acara - acara resmi. seiring dengan perkembangan zaman wanita jambi saat ini yang menggunakan tengkuluk hanya wanita yang berusia rata-rata 40 tahun keatas. hal ini di sebabkan bergesernya nilai dan norma kesopanan, serta jilbab di pandang lebih simpel dan mudah pemasangannya dari pada tengkulik. namun di sisi lain pengguna jilbab tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan tengkuluk, karana ratu munawarah sudah mengembangkannya hingga tengkuluk bisa di pakai walaupun bagi wanita yang berjilbab. bahkan sudah merambah pada komunitas hijabers yang mengembangkan bentuk tengkuluk menjadi lebih modis dan sesuai dengan padu padan busana muslimah saat ini. dan ini tentunya menjadi salah satu motivasi bagi masyarakat jambi untuk memasyarakatkan tengkuluk pada masyarakat luar jambi hingga nasional. karna songket atau kain batik jambi memang memiliki motif yang sangat unik dan memadukan antara klasik dan modren. sehingga pengguna kain ini akan terlihat nuansa ethnik namun tetap modis...

Ada aturan dalam memasang tengkuluk, yaitu apabila kain menjuntai ke arah kanan menandakan bahwa wanita itu telah bersuami dan apabila kain menjuntai ke arah kiri berarti ia adalah seorang gadis. pemakaian tengkulukpun bervariasi, mulai dari pemakaian yang simpel hingga membutuhkan keterampilan khusus.
Di Jambi sendiri ada tengkuluk yang memiliki 86 jenis lipatan, tapi yang sudah dibukukan baru 42 jenis. Beberapa jenis tengkuluk diantaranya Bunga Rampai, Daun Jeruk, Daun Sirih Terurai, Pulau Rengas,Tekuluk Pinang, Tekuluk Pedado dan Tekuluk Cempako. Banyaknya lipatan pada tengkuluk menunjukkan perbedaan masing-masing wilayah di Provinsi Jambi. Tengkuluk untuk Kabupaten Merangin memiliki 40 lipatan.



3 komentar:

  1. Tengkuluk Jambi perlu dilestarikan sebagai pelaksanaan simbol "adat bersendikan syara' dan syara' bersendikan kiabullah"

    BalasHapus
  2. Sy seorg guru SD kec. Kotabaru, sangat senang jika diundang utk pelatihan memakai tengkuluk yg benar sesuai funsi & maknanya

    BalasHapus
  3. Saya pribadi merasa sangat membutuhkan ilmu tentang cara pemakaian tengkuluk yang benar, jenis2 tengkuluk & filosofi nya agar warisan budaya tetap lestari. Terutama kami yang tinggal di sungai Bahar mayoritas penduduknya adalah para transmigran/pendatang sehingga tata cara pemakaian tengkuluk hanya tau sebatas belajar dari YouTube.ketika ada event harus menggunakan tengkuluk, jadi semampu kami memakainya.😂😂

    BalasHapus