TRADISI LISAN KUNO MELAYU JAMBI

 Tradisi lisan, budaya lisan dan adat lisan adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan atau kesaksian itu disampaikan melalui ucapan, pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, nasihat, balada, atau lagu. Pada cara ini, maka mungkinlah suatu masyarakat dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan lainnya ke generasi penerusnya tanpa melibatkan bahasa tulisan.
salah satu pewaris tradisi tutur di kab. Kerinci

Jambi sebagai salah satu kelompok subetnis Melayu di Nusantara, memiliki khazanah sastra yang cukup banyak, yang disebut dengan sastra Melayu Jambi. Maizar karim mengatakan Pada umumnya sastra Melayu Jambi yang sampai kepada kita berasal dari periode datangnya Islam, yaitu akhir abad ke-13—16. Walaupun demikian, tidak jarang sastra itu mencerminkan juga bentuk-bentuk folklore Melayu Jambi dan nilai-nilai seni dari zaman Hindu-Budha, yaitu abad-abad pertama sampai dengan pertengahan abad ke-14 M. Teks-teks sastra tersebut merupakan sumber yang dapat menambah wawasan dan pemahaman atas sebagian warisan budaya nenek moyang. Ia memiliki nilai yang sangat tinggi, yang di dalamnya terkandung alam pikiran, perasaan, adat-istiadat, kepercayaan, dan sistem nilai masyarakat Melayu Jambi masa lampau.

Dari beberapa pemahaman tersebut, dapat kita pahami bahwa jambi sangat kaya dengan budaya yang berbentuk tradisi lisan yang berkembng di tengah masyarkat hingga saat sekarang. dan sastra yag berbentuk tradisi lisan ini memiliki khas dan keagungan tersendiri bagi msyarakat jambi itu sendiri.karya cipta masyarakat ini tidak hanya menggambarkan permukaan. tapi, juga menggambarkan perasaan di dalam jiwa masyarakat.yang memiliki nilai hubungan antara manusia dengan sang pencipta, manusia dengan alam, manusia dengan manusia,dan manusia dengan dirinya sendiri. 
sehngga dengan adanya upaya penjagaan,regenerasi, penurunan, dan upaya melestarikan tradisi lisan ini akan menambah kekayaan budaya bangsa serta menjadi khasanah nusantara khususnya jambi itu sendiri. karna Jambi akan di kenal oleh masyarakat luar melalui budaya yang unik dan di jaga serta menjadi bagian bagi masyarakat jambi. 


Azhar.MJ salah satu budayawan jambi dalam tulisannya mengatakan bahwa Jambi memiliki empat belas macam atau bentuk tradisi lisan sebagai sumber inspirasi perkembangan teater pada zaman sekarang, empat belas macam bentuk tutur tersebut adalah :
1. Kunun.

kesenian ini dilakukan oleh orang tua-tua pada zaman dulu adalah sebagai pengantar sebelum tidur dengan cara berdongeng dengan menyajikan cerita - cerita rakyat atau legenda. Kunun artinya konon dilakukan oleh satu orang penutur sambil ber baring-bering atau duduk pada saat sebelum tidur, kesenian ini disukai oleh anak-anak.

2. Keba

Keba artinya berkabar atau menyampaikan berita cara orang tua-tua kita dahulu menyampaikan berita dengan cara bertutur yang disebut keba. kesenian ini dilakukan siang atau malam hari pada waktu acara-acara tertentu seperti acata pesta pengantin, cukuran dan pesta lainnya, atau ditempat-tempat lain yang tengah melaksanakan keramaian. kesenian ini dilakukan oleh satu orang penutur menyampaikan cerita sambil bernyanyi sedangkan alat pengiring keba tersebut menggunakan kaleng kosong yang juga berfungsi sebagai ruang resonansi suara atau vokal penutur.

3. Jugi

Jugi adalah kesenian tutur yang menyajikan cerita-cerita tentang pertempuran atau peperangan  tempo dulu yang menampilkan tokoh-tokoh  seperti Jugi, Bujang Bulan Singarincing, Malin Kusimbo dan lain-lain, peperangan yang dilakukan biasanya merebut kekuasaan. Kesenian ini dilakukan oleh satu orang pelaku juga memiliki irama lagu yang dilantunkan oleh penutur tersebut.

4. Injik Skiling

Injik Skiling seni tutur yang menampilkan cerita tentang legenda kerajaan, kesenian ini dilakukan oleh satu orang penutur dengan melapis kostum sebanyak kostum tokoh yang akan di tampilkan dalam cerita tersebut. peran tersebut dilakukan sendiri oleh penutur sambil bernyanyi.

5. Rendi.

Rendi artinya bersedih hati, ungkapan ini dilakukan dengan cara bernyanyi yang mana nyanyian tersebut menyampaikan cerita tentang kesedihan nasib, putus cinta, ditinggal pergi oleh seseorang, kekasih diambil orang, dan kesensaraan dalam menjalani kehidupan.

6. Tale

tale jiga termasuk kesenian tutur kesenian ini dilakukan oleh banyak orang baik tale yang di sawah maupun tale pelepasan Haji. tale dilakukan dengan nyanyian dengan syair atau pantun.

7. Iwa

Iwa juga salah satu cara orang tua-tua dahulu, menyampaikan berita, atau berkabar tetapi tidak sama dengan keba. kesenian ini juga dilakukan oleh satu orang penutur yang menggunakan kenong (canang) sebagai alat musik pengiring tetapi tidak bernyanyi melainkan mengucapkan petatah-petitih pembuka maupun penutup sedangkan isi cerita adalah hasil keputusan  musyawarah Depati Ninik Mamak Cerdik Pandai Alim Ulama dalam negri. acara Iwa dilakukan pada malam hari sambil jalan kaki keliling kampung.

8. Pantau (mantau)

Kesenian ini juga seperti Keba tetapi memiliki pola irama lagu yang berbeda, sedangkan cerita yang disampaikan hampir memiliki kesamaan yakni menyampaikan berita, kesenian ini dilakukan oleh satu orang penutur tetapi diperlukan pemusik sebagai pengiring, seperti gendang, kelintang, gong dan piul.

9. Krinok

Krinok artinya Cengkok lagu dinyanyikan mengutamakan cengkok-cengkok sebagai pakem lagu tersebut. kesenian ini dilakukan oleh satu orang penutur dan diiringi oleh musik pengiring sama seperti Pantau (mantau) sedangkan yang membedakan adalah cerita yang disampaikan pada krinok adalah mengungkapkan isihati diri  sendiri. sedangkan pantau menceritakan kejadian orang lain.

10. Doak

Pola doak sama dengan pantau dan krinok tetapi berbeda pada nyanyian atau iramanya, krinok ada pada minor sedangkan doak ada pada nada mayor. musik pengiringnya adalah sama-sama menggunakan alat musik tradisional melayu jambi tersebut, penutur satu orang sedangkan cerita yang disampaikan adalah nasehat-nasehat.

11. Dideng

Dideng adalah sebuah seni tutur yang menyampaikan cerita legenda pada sebuah kerajaan, dengan kisah cinta antara Dideng dengan Dayang Ayu yang tidak direstui. kesenian ini dilakukan sambil bernyanyi tanpa iringan musik.

12. Dadung

Dadung juga seni tutur tetapi kesenian ini lebih erat dengan agama islam, petatah petitih atau pantun yang dinyanyikan adalah ajaran islam. instrumen pengiring adalah gendang Melayu, gambus, piul, dan gong.

13.  Senjang

kesenian tutur ini dilakukan oleh dua orang penutur sambil berbalas pantun menyajikan pantun-pantun jenaka sehingga terkesan lucu, lagu yang ditampilkan diiringi oleh piul tetapi pada saat lagu berhenti gendang, kromong, gong dan peralatan lain bermain sebagai interlude.

14.  Senandung Jolo

senandung jolo hampir sama dengan pola senjang tetapi berbeda lagu dan cara iringannya, senandung jolo juga dinyanyikan oleh dua orang penutur, sedangkan musik pengiring lebih mengutamakan kelintang kayu , gendang dan gong
ANDRA GB fm

Ingin lebih lengkapnya di https://www.facebook.com/andra.juliandra?fref=ts

2 Komentar

  1. - Juli 2017 lalu kami dari Badan Bahasa, Kemdikbud, Jakarta, melakukan kajian atas Senandung Jolo di Muaro Jambi.
    - kalau begitu, betul, Senjang dan Senandung Jolo memiliki pola permainan yang mirip, yaitu vokal (pantun) dan musik pengiring bergantian dilantunkan/dibunyikan.
    - kalau Senandung jolo lahir di Kumpeh, Muaro Jambi, 13 tradisi lainnya di atas lahir/ada di kabupaten mana di Jambi, Dinda Andra? Terima kasih.

    Salam tradisi lisan Nusantara

    BalasHapus
  2. Salam Tradisi Nusantara kembali bang
    maaf baru balas..karena bolog sudah bertahun tahun tidak dibuka...insha Allah Akan Kita lanjutkan kembali...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama