Menjadi Guru Adalah Prinsip Sepanjang Hayat

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

SETIAP HARI ADALAH KESEMPATAN BARU

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 28 Oktober 2024

Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

Kaitan Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Patrap Triloka dalam Pengambilan Keputusan Pemimpin

Filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan Patrap Triloka — "Ing Ngarso Sung Tulodho" (di depan memberi teladan), "Ing Madya Mangun Karsa" (di tengah membangun semangat), dan "Tut Wuri Handayani" (di belakang memberi dorongan) — sangat relevan dalam pengambilan keputusan pemimpin. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang adil dan berpihak pada murid. Sebagai pemimpin, keputusan yang diambil harus menjadi contoh yang baik (Ing Ngarso Sung Tulodho), memotivasi dan memberdayakan orang di sekitar (Ing Madya Mangun Karsa), dan memberikan dorongan serta dukungan (Tut Wuri Handayani).

Pengaruh Nilai Pribadi terhadap Prinsip Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri, seperti kemandirian, reflektif, kolaboratif, dan inovatif, menjadi fondasi pengambilan keputusan yang berpusat pada murid. Nilai ini memandu guru dalam mempertimbangkan 3 prinsip utama dalam keputusan yang mereka ambil, yang sesuai dengan situasi dan mendukung kepentingan murid.

Hubungan Materi Pengambilan Keputusan dengan Kegiatan Coaching

Kegiatan coaching mendukung proses refleksi dalam pengambilan keputusan. Dalam sesi coaching, coachee diberi ruang untuk mempertimbangkan efektivitas keputusan yang diambil serta memastikan keputusan tersebut mengarah pada solusi yang optimal. Dengan membahas 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah evaluasi keputusan, coaching dapat memperkaya proses ini.

Pengaruh Kesadaran Sosial-Emosional terhadap Pengambilan Keputusan pada Masalah Etika

Kesadaran sosial-emosional membantu guru menghadapi dilema etika dengan lebih bijak. Kemampuan untuk mengelola emosi dan berempati membuat guru lebih mampu berkomunikasi secara efektif, mempertimbangkan sudut pandang lain, dan mengambil keputusan dengan kepala dingin. Aspek-aspek ini sangat penting untuk mengelola masalah etika secara bertanggung jawab.

Kaitan Nilai Pendidik dengan Pembahasan Studi Kasus Moral atau Etika

Nilai-nilai yang dianut oleh pendidik menjadi pedoman dalam menangani studi kasus etika atau moral. Seorang pendidik yang memiliki nilai positif akan cenderung mengambil keputusan yang dapat mengakomodasi kebutuhan murid serta menciptakan kesejahteraan dan keamanan berdasarkan kebenaran.

Dampak Pengambilan Keputusan yang Tepat terhadap Lingkungan Belajar

Keputusan yang tepat menghasilkan lingkungan belajar yang kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid akan mendukung terciptanya suasana positif di lingkungan sekolah, di mana tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Tantangan dalam Mengambil Keputusan terhadap Kasus Dilema Etika

Salah satu tantangan terbesar adalah keinginan untuk menyenangkan semua pihak. Namun, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis melalui 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan, perasaan tidak nyaman dapat diminimalkan dan keputusan dapat diterima dengan baik oleh semua pihak.

Pengaruh Pengambilan Keputusan terhadap Pembelajaran Merdeka

Keputusan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan belajar murid sejalan dengan konsep merdeka belajar. Untuk mengakomodasi potensi murid yang beragam, guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, yang menyesuaikan metode dengan kebutuhan masing-masing murid.

Pengaruh Keputusan Pemimpin terhadap Masa Depan Murid

Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran akan berpengaruh signifikan pada murid. Keputusan yang bijaksana dan tepat akan meninggalkan kesan positif pada murid, menjadi contoh tentang cara berpikir dan bertindak yang benar. Oleh karena itu, keputusan harus didasarkan pada analisis yang mendalam dan bijaksana.

Kesimpulan Pembelajaran Modul dan Keterkaitan dengan Modul Sebelumnya

Kesimpulannya, pengambilan keputusan harus mengacu pada nilai kebajikan universal, bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berpedoman pada filosofi KHD dengan Patrap Trilokanya.

Pemahaman tentang Konsep-konsep dalam Modul ini

Pemahaman mendalam terhadap konsep dilema etika, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan menunjukkan bahwa pengambilan keputusan perlu lebih dari sekadar pertimbangan, tetapi juga memerlukan paradigma, prinsip, dan langkah-langkah evaluasi yang teliti.

Pengalaman dalam Pengambilan Keputusan dalam Situasi Moral Dilema Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul

Sebelum mempelajari modul ini, keputusan lebih didasarkan pada prosedur umum tanpa pola yang sistematis. Setelah memahami modul ini, pengambilan keputusan menjadi lebih rinci, terstruktur, dan memperhatikan kontribusi semua pihak terkait.

Perubahan setelah Mempelajari Modul dalam Cara Pengambilan Keputusan

Setelah mempelajari modul ini, perubahan yang signifikan adalah adanya peningkatan kehati-hatian, pola analisis yang teratur, dan peningkatan empati dalam menghadapi permasalahan orang lain.

Pentingnya Mempelajari Topik Modul bagi Individu dan Pemimpin

Mempelajari topik ini sangat penting bagi perkembangan diri dan kapasitas sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Selasa, 08 Oktober 2024

Koneksi Antarmateri - Modul 2.3

Coaching untuk Supervisi Akademik

JONI JULI YANDRA, S.Pd.I

CGP ANGKATAN 11 KAB. BUNGO


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh

Salam guru penggerak!

Tergerak

Bergerak

Menggerakkan

A. Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

1.         Pengalaman Materi yang Diperoleh

Dalam Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, coaching didefinisikan sebagai proses kolaboratif yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil, dan dilakukan secara sistematis. Dalam proses ini, seorang coach membantu coachee meningkatkan kinerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi (Grant, 1999).

Terdapat tiga prinsip utama dalam coaching, yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus dikuasai oleh seorang coach meliputi kehadiran penuh, mendengarkan secara aktif, serta kemampuan mengajukan pertanyaan yang berbobot.

Proses coaching mengikuti alur TIRTA, yang terdiri dari:

o     Tujuan,

o     Identifikasi,

o     Rencana,

o     Tanggung Jawab.

Supervisi akademik bertujuan untuk membantu rekan sejawat dalam mengembangkan kemampuan mereka demi mencapai tujuan pembelajaran. Esensinya, supervisi akademik bukanlah menilai kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, melainkan membantu mereka meningkatkan kemampuan profesionalnya. Terdapat tiga tahap dalam pelaksanaan supervisi akademik, yaitu:

a.          Pra Observasi (perencanaan),

b.         Observasi (pelaksanaan),

c.          Pasca Observasi (tindak lanjut).

Dalam pelaksanaan materi Coaching untuk Supervisi Akademik di sekolah, saya menyadari bahwa coaching bukan hanya sekadar memberikan arahan atau bimbingan kepada rekan sejawat, tetapi lebih sebagai fasilitator dalam proses pengembangan diri mereka. Penerapan prinsip kemitraan dan proses kreatif membantu saya membangun hubungan yang lebih setara dengan guru, di mana mereka merasa lebih didukung untuk mengeksplorasi potensi mereka dan mencari solusi yang relevan secara mandiri.

Melalui alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana, dan Tanggung Jawab), saya bisa membimbing rekan sejawat secara terstruktur, dimulai dari memahami tujuan mereka, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah peningkatan, hingga memastikan adanya tanggung jawab dalam implementasi rencana tersebut. Proses ini membuat guru lebih terlibat aktif dalam pengembangan profesional mereka sendiri, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan supervisi eksternal, tetapi juga mampu merefleksikan kemajuan pribadi secara mandiri.

2.        Emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Saat mempelajari Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya merasakan beberapa emosi yang kuat. Rasa ingin tahu muncul ketika saya pertama kali mengenal konsep coaching yang lebih kolaboratif dan berorientasi pada solusi. Ini memotivasi saya untuk memahami lebih dalam bagaimana pendekatan ini dapat diterapkan dalam konteks supervisi akademik.

Ada juga perasaan antusias ketika mengetahui bahwa coaching tidak hanya berfokus pada evaluasi, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan profesional guru secara berkelanjutan. Ini memberikan harapan bahwa pendekatan tersebut dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih positif dan mendukung di sekolah.

Selama menjalani proses coaching untuk supervisi akademik di sekolah, saya mengalami berbagai emosi yang beragam. Di satu sisi, saya merasakan antusiasme dan kepuasan saat berhasil membangun hubungan kolaboratif dengan rekan guru, di mana mereka menjadi lebih terbuka untuk berbagi tantangan dan potensi yang mereka miliki. Perasaan senang dan bangga muncul ketika saya melihat guru mampu menemukan solusi sendiri dan mengembangkan potensi yang mungkin sebelumnya tidak mereka sadari.

Namun, ada juga momen kekhawatiran dan keraguan di awal, terutama ketika harus menerapkan prinsip-prinsip coaching seperti kehadiran penuh dan mendengarkan aktif. Saya khawatir apakah saya bisa memberikan perhatian penuh di tengah kesibukan dan tekanan administratif yang sering kali muncul di sekolah. Selain itu, ada rasa ragu apakah saya mampu memfasilitasi guru dengan baik tanpa terlihat seperti mengarahkan terlalu banyak atau memaksakan pendapat.

Seiring berjalannya waktu, perasaan lega dan percaya diri mulai muncul. Ketika saya melihat guru merasa lebih nyaman dan terbantu dalam proses supervisi, saya mulai yakin bahwa pendekatan coaching yang lebih mendukung ini memang efektif. Proses ini memberikan saya rasa syukur karena mampu berperan dalam membantu guru menemukan cara untuk mengembangkan diri, bukan hanya untuk kepentingan evaluasi semata, tetapi lebih pada peningkatan jangka panjang.

Akhirnya, perasaan kepuasan pribadi muncul ketika saya melihat perubahan positif pada guru dan suasana kerja di sekolah yang lebih kolaboratif dan suportif. Pengalaman ini memupuk rasa optimisme terhadap potensi pertumbuhan profesional yang bisa terus diperkuat melalui pendekatan coaching di masa depan.

3.         Keterlibatan dalam proses belajar

 

Setelah mempelajari Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, ada beberapa hal positif yang saya rasakan dalam keterlibatan saya dalam proses belajar:

a.      Kesadaran Akan Prinsip Kemitraan

Saya semakin menyadari pentingnya membangun hubungan kemitraan dengan rekan-rekan guru, di mana proses coaching menjadi lebih kolaboratif. Alih-alih hanya mengarahkan, saya lebih banyak mendengarkan dan mendukung guru dalam menemukan solusi sendiri, yang pada akhirnya membuat mereka merasa lebih dihargai dan termotivasi.

b.     Penerapan Kehadiran Penuh

Saya mulai berlatih untuk hadir sepenuhnya dalam setiap interaksi, baik dengan sesama rekan guru maupun dalam kegiatan belajar di kelas. Ini membantu saya lebih fokus dan memberikan perhatian penuh pada setiap diskusi, yang meningkatkan kualitas komunikasi dan membangun hubungan yang lebih kuat.

c.      Aktivitas Reflektif yang Teratur

Saya secara rutin melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar saya, baik dalam penerapan prinsip coaching maupun supervisi akademik di sekolah. Melalui refleksi ini, saya bisa mengidentifikasi kekuatan saya dan area yang perlu ditingkatkan, serta mendapatkan pemahaman lebih baik tentang bagaimana saya bisa terus berkembang.

d.     Kemampuan Mendengarkan Aktif

Saya merasa kemampuan mendengarkan aktif saya semakin terasah. Saya lebih sering memberikan ruang bagi guru untuk berbicara dan mengungkapkan tantangan atau ide-ide mereka, yang membuat proses supervisi menjadi lebih mendalam dan bermakna.

e.      Komitmen untuk Melibatkan Guru Secara Aktif

Dalam supervisi akademik, saya berkomitmen untuk melibatkan guru secara aktif, terutama dalam perencanaan dan refleksi setelah observasi. Hal ini menciptakan suasana yang lebih terbuka dan mendorong guru untuk lebih terlibat dalam pengembangan profesional mereka sendiri.

Aspek-aspek ini telah membantu saya menjadi lebih terlibat dalam proses belajar dan meningkatkan efektivitas saya dalam menjalankan peran sebagai pendidik dan supervisor.

4.        Hal yang perlu diperbaiki berkitan dengan keterlibatan saya dalam proses belajar

 

Setelah mempelajari Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, ada beberapa hal yang perlu saya perbaiki terkait keterlibatan saya dalam proses belajar:

a.      Mengurangi Kekhawatiran dan Keraguan

Saya perlu bekerja lebih keras untuk mengatasi rasa khawatir dan ragu dalam menerapkan prinsip-prinsip coaching. Terkadang, ketidakpastian ini menghambat saya untuk sepenuhnya berkomitmen dalam mendukung guru. Meningkatkan kepercayaan diri melalui latihan dan pengalaman lebih banyak dalam sesi coaching akan membantu mengatasi hal ini.

b.      Meningkatkan Keterampilan Mengajukan Pertanyaan

Saya menyadari bahwa kemampuan saya dalam mengajukan pertanyaan berbobot masih perlu ditingkatkan. Pertanyaan yang tepat dapat menggugah refleksi yang lebih dalam dari guru, sehingga saya perlu berlatih untuk merumuskan pertanyaan yang lebih efektif dan relevan dalam setiap sesi.

c.       Meningkatkan Pemahaman tentang Tindakan Pasca Observasi

Saya perlu lebih memperdalam pemahaman saya tentang tindak lanjut pasca observasi. Merencanakan langkah-langkah konkret setelah observasi akan membantu guru untuk menerapkan umpan balik dengan lebih efektif dan terukur.

d.      Menciptakan Ruang untuk Umpan Balik dari Guru

Saya harus lebih aktif dalam menciptakan kesempatan bagi guru untuk memberikan umpan balik tentang proses supervisi. Ini tidak hanya akan membantu saya memahami bagaimana saya dapat meningkatkan pendekatan saya, tetapi juga memberikan rasa keterlibatan yang lebih besar bagi guru dalam proses tersebut.

 

5.         Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

 

Setelah mempelajari Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya menyadari bahwa keterlibatan dalam proses belajar tidak hanya berhubungan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sangat terkait dengan kompetensi dan kematangan diri pribadi. Berikut adalah beberapa aspek keterkaitan tersebut:

1.         Peningkatan Keterampilan Interpersonal

Keterlibatan dalam proses coaching mengharuskan saya untuk meningkatkan keterampilan interpersonal, seperti mendengarkan aktif dan berkomunikasi dengan empati. Kematangan dalam berinteraksi dengan orang lain sangat penting untuk menciptakan hubungan yang saling percaya dan mendukung dalam konteks supervisi akademik. Ketika saya dapat berhubungan dengan guru secara positif, itu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran.

2.         Refleksi Diri dan Kesadaran Emosional

Proses belajar yang melibatkan refleksi diri membantu saya memahami emosi saya dan bagaimana emosi tersebut mempengaruhi cara saya berinteraksi dengan orang lain. Kematangan diri mencakup kemampuan untuk mengelola emosi dan merespons situasi dengan bijaksana. Dengan kesadaran emosional yang lebih baik, saya dapat mendukung guru dengan cara yang lebih efektif dan membantu mereka dalam menghadapi tantangan.

3.         Pembangunan Kepercayaan Diri

Keterlibatan aktif dalam proses coaching meningkatkan rasa percaya diri saya. Saat saya berhasil menerapkan prinsip-prinsip coaching, saya merasa lebih mampu dan yakin dalam menjalankan peran saya sebagai pendidik dan supervisor. Kepercayaan diri ini sangat penting untuk kematangan diri, karena mendorong saya untuk mengambil inisiatif dan menghadapi tantangan dengan sikap positif.

4.         Komitmen terhadap Pengembangan Diri

Proses belajar melalui coaching menekankan pentingnya pengembangan diri yang berkelanjutan. Dengan keterlibatan yang lebih dalam, saya menjadi lebih sadar akan kebutuhan untuk terus belajar dan berkembang, baik dalam kompetensi profesional maupun dalam aspek kematangan pribadi. Hal ini mendorong saya untuk mencari pelatihan tambahan dan pengalaman baru yang dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan saya.

5.         Kepemimpinan yang Efektif

Kematangan diri berkontribusi pada kemampuan saya untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif di sekolah. Dengan memahami diri sendiri dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain, saya dapat memimpin dengan teladan dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka.

 

 B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

1.   Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Apa tantangan utama yang dihadapi guru dalam menerima umpan balik dari proses coaching, dan bagaimana cara mengatasi tantangan tersebut?

Guru sering menghadapi tantangan dalam menerima umpan balik dari proses coaching, yang dapat mempengaruhi implementasi umpan balik tersebut. Salah satu tantangan utama adalah resistensi terhadap kritik, di mana guru merasa defensif ketika menerima masukan. Untuk mengatasi ini, penting untuk membangun budaya umpan balik yang positif, dengan menekankan bahwa umpan balik adalah alat untuk pertumbuhan, bukan penilaian negatif.

Kurangnya pemahaman tentang umpan balik juga dapat menjadi kendala. Oleh karena itu, umpan balik harus disampaikan secara spesifik dan disertai contoh konkret, serta disertakan sesi tanya jawab untuk memperjelas hal yang belum dipahami.

Ketidakpercayaan terhadap proses coaching sering kali muncul jika guru merasa supervisor tidak memahami praktik pengajaran mereka. Supervisor harus menunjukkan empati dan melibatkan guru dalam diskusi untuk membangun hubungan saling percaya.

2.   Mengolah Materi dan Wawasan Baru

Coaching merupakan bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan siswa. Untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa, guru perlu menguasai berbagai kompetensi sosial dan emosional, tidak hanya keterampilan kognitif. Dengan menguasai kompetensi ini, supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor dengan pendekatan coaching akan meningkatkan kinerja dan efektivitas guru dalam proses pembelajaran.

3.    Menganalisis Tantangan dalam Konteks CGP

Salah satu tantangan utama adalah menyamakan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik di sekolah dan daerah. Supervisi sering dianggap menakutkan, di mana guru merasa tertekan oleh penilaian yang mungkin mengarah pada kesalahan. Padahal, hakikat supervisi seharusnya adalah untuk meningkatkan kinerja dan kemampuan guru.

4.   Alternatif Solusi untuk Tantangan yang Dihadapi

Solusi yang dapat diusulkan meliputi sosialisasi tentang hakikat supervisi akademik yang bertujuan untuk meningkatkan performa guru. Selain itu, penting untuk memberikan contoh praktik coaching yang baik, baik kepada siswa maupun rekan sejawat, agar pemahaman tentang coaching dapat terintegrasi secara efektif.

 C. Katerhubungan Indikator

1)   Pengalaman Masa Lalu

Saya pernah mengalami supervisi oleh pengawas sekolah dalam Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, di mana saya ditunjuk sesuai standar penilaian yang telah ditetapkan. Pada awalnya, saya merasa takut karena menganggap proses supervisi seperti ujian. Kegiatan ini dilakukan dengan observasi langsung tanpa adanya pembicaraan pra-observasi. Namun, setelah memahami prosesnya, saya diberikan tips yang berguna untuk melakukan penilaian. Supervisor memantau dan memberikan umpan balik mengenai apa yang telah saya lakukan serta langkah-langkah perbaikan yang perlu diambil.

2)   Penerapan di Masa Mendatang

Supervisi akademik harus berfokus pada peningkatan performa guru dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Proses coaching dalam supervisi akademik menerapkan tiga prinsip utama: asas kemitraan, proses kreatif, dan peningkatan potensi.

3)   Konsep atau Praktik Baik dari Modul Lain

·         Modul 2.1: Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, guru perlu melakukan coaching untuk menentukan gaya belajar siswa. Dengan cara ini, siswa dapat menggali potensinya secara maksimal ketika pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar mereka.

·         Modul 2.2: Sebagai guru penggerak dan pemimpin pembelajaran, penting untuk menciptakan budaya positif dengan visi dan inisiatif perubahan yang berpihak pada siswa. Salah satu cara untuk mengembangkan suasana positif di kelas adalah menerapkan nilai-nilai dalam 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE). Dalam 5KSE terdapat teknik STOP dan mindfulness yang dapat membantu menciptakan lingkungan kelas yang kondusif. Selama sesi coaching, coach juga perlu menerapkan teknik mindfulness untuk memastikan kehadiran penuh dalam setiap sesi.

4)   Sumber Informasi Lain

Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, saya menemukan banyak sumber informasi di luar modul PGP, antara lain:

a. Media online, terutama dari YouTube
b. Praktik baik dari instruktur
c. Fasilitator
d. Pengalaman pribadi, terutama saat menjalani pendampingan individu
e. Praktik baik dari rekan guru dalam satu lembaga
f. Komunitas Kelompok Kerja Guru (KKG)

 

 


Selasa, 30 Juli 2024

Tugas Koneksi Antar Materi - Modul 1.3

Meningkatkan nilai-nilai kepemimpinan pada murid melalui kegiatan pembelajaran kolaboratif

oleh : Joni Juli Yandra

Dalam modul 1.1 program Pendidikan Guru Penggerak, kami mempelajari refleksi filosofis dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Salah satu pokok pemikiran tersebut adalah tujuan pendidikan, yaitu "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat."

Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa proses menuntun ini harus selaras dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Setiap murid memiliki bakat, minat, dan potensi unik yang sudah ada sejak lahir dan tidak bisa dipaksakan. Peran guru adalah menuntun, bukan menuntut siswa untuk menguasai seluruh materi tanpa memperhatikan minat dan bakat mereka.

Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menciptakan pembelajaran yang berdiferensiasi. Berdasarkan hasil asesmen diagnostik, guru dapat memberikan perlakuan yang berbeda kepada setiap murid sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk menerapkan modul 1.1 tentang refleksi filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara, seorang guru penggerak harus mengetahui, memahami, dan meresapi nilai-nilai serta peran guru penggerak. Dalam modul 1.2, dijelaskan bahwa penerapan nilai dan peran guru penggerak mendorong guru untuk memahami murid sebagai manusia yang merdeka lahir dan batin.

Nilai-nilai Guru Penggerak:

  1. Mandiri
  2. Reflektif
  3. Kolaboratif
  4. Inovatif
  5. Berpihak pada murid

Peran Guru Penggerak:

  1. Menjadi pemimpin pembelajaran
  2. Menggerakkan komunitas praktisi
  3. Menjadi pelatih bagi guru lain
  4. Menjalin kolaborasi antar guru
  5. Mewujudkan kepemimpinan murid

Dengan memahami dan menerapkan nilai serta peran ini, seorang guru penggerak akan selalu berusaha menuntun siswa, bukan bertindak otoriter atau memaksakan kehendak, dan senantiasa menciptakan inovasi pembelajaran yang menyenangkan.

Materi di modul 1.1 dan 1.2 sangat erat kaitannya dengan modul 1.3 tentang visi guru penggerak. Berangkat dari pemikiran bahwa tugas guru adalah menuntun murid dan memperhatikan nilai serta perannya, maka dirumuskanlah visi tentang murid yang diharapkan di masa mendatang dengan keberadaan guru penggerak.

Visi adalah sebuah mimpi masa depan. Tanpa visi, seorang guru atau institusi pendidikan seperti tim sepak bola tanpa tujuan, hanya berputar-putar di lapangan tanpa arah. Tanpa tujuan, hanya kelelahan yang dirasakan oleh tim yang tidak memiliki tujuan.

Harapan untuk mewujudkan siswa yang religius, berkarakter, cerdas, cakap digital, mandiri, kreatif, santun, mampu meraih cita-cita sesuai kodrat mereka, dan hidup sejahtera lahir dan batin, adalah mimpi dan cita-cita semua guru. Karena pada dasarnya, guru adalah orang tua kedua bagi murid mereka, dan tidak ada orang tua yang menginginkan hal buruk terjadi pada anak-anak mereka.

Untuk mewujudkan visi guru penggerak, diperlukan prakarsa perubahan sebagai pemantik. Pendekatan ATAP (Aset, Tantangan, Aksi, dan Pelajaran) digunakan dalam menyusun prakarsa perubahan tersebut. Prakarsa perubahan yang saya susun adalah "Meningkatkan nilai-nilai kepemimpinan pada murid melalui kegiatan pembelajaran kolaboratif".


Gambar kegiatan praktik ibadah yang dilaksanakan setiap pagi jum'at dengan seluruh petugasnya pelaksanaannya adalah siswa

Prakarsa perubahan yang telah dirancang dikembangkan menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA), sebuah pendekatan manajemen perubahan kolaboratif dan berbasis pada kekuatan. Model IA yang digunakan adalah model BAGJA, yang berasal dari Bahasa Sunda yang berarti bahagia. Diharapkan, dengan menggunakan model ini, baik murid maupun guru dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Buat Pertanyaan Utama 

1. Apa kebiasaan baik yang sudah saya lakukan untuk meningkatkan nilai-nilai kepemimpinan pada siswa?

2. apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan nilai-nilai kepemimpinan pada siswa?

Kebiasaan baik yang sudah saya lakukan adalah melibatkan siswa dalam sebagai panitia dan pelaksana lansung dalam kegiatan-kegiatan di sekolah seperti menyusun petugas piket, mempersiapkan kegiatan praktik ibadah dan selalu membuat mereka dalam kelompo-kelompok kolaboratif.

Ambil Pelajaran

Bagaimanakah membuat kegiatan yang dapat menanamkan nilai-nilai kepemimpinan pada siswa?

Saya belajar dan mencari refrensi ke sekolah-sekolah yang memiliki pengembangan nilai-nilai kepemimpinan dengan baik seperti sekolah alam yang ada di kab.Bungo.

Gali Mimpi

Murid seperti apa yang saya harapkan? 

Melalui berbagai kegiatan dan proyek serta kegiatan pembelajaran kolaboratif setiap siswa diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin diri sendiri dan memimpin orang lain melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang dapat menumbuhkan nilai-nilai tanggung jawab , disiplin, dan mandiri.

Jabarkan Rencana

Langkah apa yang akan saya lakukan?

Saya melakukan diskusi dengan kepala dan teman sejawat mengenai berbagai program kegiatan di sekolah yang melibatkan siswa untuk terlibat aktif dan menjadi pelaksana lansung dalam berbagai kegiatan di sekolah.  Kemudian menyusun kegiatan-kegiatan tersebut dan memembntuk petugas pelaksananya dari siswa .

Atur Eksekusi

Pertanyaan pada tahapan ini adalah siapa saja yang akan dilibatkan dalam rencana ini? Dan siapa yang dapat mengarahkan serta memantau saat eksekusi dilakukan?

Secara umum kegiatan ini akan dipantau oleh kepala sekolah. Namun masing-masing guru memiliki tugas untuk memastikan bahwa kegiatan di sekolah dapat berjalan dengan baik. Meskipun siswa ditunjuk untuk bekerja sama dalam menyiapkan dan melaksankannya. Seperti kegiatan Upacara Bendera pada hari senin, Praktikk Ibadah pada setiap hari Jum'at, dan kegiatan senam sehat jasmani dan kebugaran setiap pagi sabtu. Siswa diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan ini secara bergantian mulai dari mempersiapkan sampai mengarahkan seluruh siswa disekolah sehingg siswa dapat merasakan dirinya sebagai pemimpin yang memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan di sekolah. 

Dari uraian diatas, Visi guru penggerak saya adalah "Mencetak Pemimpin yang Beriman, Cerdas, dan Mandiri melalui kegiatan dan pembelajaran kolaboratif"

Rabu, 17 Juli 2024

1.2.j. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara


Peristiwa:
Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2

Setelah mengikuti materi PGP modul 1.1, saya mendapatkan ilmu dan masukan yang sangat banyak. Di modul ini saya mendapatkan ilmu tentang filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dimana sebagai seorang guru saya memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan pengajaran yang menunutun kodrat siswa untuk bisa berkembang secara maksimal. Kodrat alam merujuk pada potensi dan bakat alami yang dimiliki setiap anak sejak lahir. Pendidikan harus menghargai dan mengembangkan potensi ini tanpa mengubah atau memaksakan sesuatu yang bertentangan dengan sifat alami anak. Selanjutnya Kodrat zaman mengacu pada konteks sosial, budaya, dan lingkungan di mana seseorang hidup. Pendidikan harus relevan dengan kebutuhan zaman dan dapat menyiapkan anak untuk menghadapi tantangan masa depan.
Dalam praktiknya guru harus berpihak kepada murid. Pembelajaran yang berpihak kepada murid adalah pendekatan pendidikan yang menempatkan kebutuhan, minat, dan potensi murid sebagai pusat dari proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memberdayakan murid agar mereka dapat mencapai potensi penuh mereka.


Setelah mempelajarai modul 1.2 tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Saya mendapat pengetahuan tentang nilai-nilai yang harus dimiliki oleh guru penggerak yaitu Berpihak kepada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Dan peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.


Momen yang paling menantang adalah dimana para guru CGP merefleksi apa yang dilakukan selama ini di sekolah. Melalui refleksi dan diskusi di ruang kolaborasi para peserta dapat berbagi praktik baik yang sudah dilaksanakan disekolah masing-masing sehingga dapat memberikan ide-ide baru terkait penerapan filosofi pendidikan Ki hadjar Dewantara di Sekolah.


Kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah bahwa nilai dan peran guru penggerak memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dengan menerapkann filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui konsep merdeka belajar untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

"Gambar persentase dan diskusi di ruang kolaborasi 11.05.BGP JAMBI.LOMOK MANIK"


Perasaan: 
Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan sebatang pohon di tanah gersang yang mendapat siraman air. Seketika mendapatkan energi yang luar biasa untuk tumbuh dan berkembang hingga mampu menaungi dan menghasilkan. Ternyata masih banyak yang harus saya gali dan pelajari untuk dapat merealisasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dalam konteks pendidikan, metafora ini dapat menggambarkan bagaimana pembelajaran yang berpihak kepada murid dapat menjadi sumber daya yang menghidupkan dan memberdayakan murid, meskipun dalam kondisi yang mungkin tampak tidak mendukung.
Dalam kontek pendidik saya mengibaratkan diri saya sebagai sebatang pohon, sedangkan tanah gersang menggambarkan kondisi dan apa yang telah saya terapkan saat ini, selanjutnya air menggambarkan ilmu-ilmu dan pengelaman yang saya dapatkan selama mengikuti kegiatan pendidikan calon guru penggerak. Dalam konteks siswa saya mengibaratkan siswa saya sebagai sebatang pohon, sedangkan air menggambarkan energi baru yang saya berikan kepada mereka sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat dan komptensinya masing-masing.


Pembelajaran:
Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa...sekarang saya berpikir bahwa peserta didik merupakan objek dalam pembelajaran yang harus saya bentuk sesuai dengan keinginan dan kemampuan saya, sekarang saya berpikir bahwa saya harus membantu peserta didik dalam proses belajar sesuai kebutuhan mereka. Selanjutnya saya juga beranggapan pendidikan hanya tentang memberikan informasi dan ilmu kepada peserta didik. Namun, sekarang saya memahami bahwa pendidikan juga melibatkan pembentukan karakter dan budi pekerti yang baik, serta pentingnya memahami perbedaan individualitas peserta didik dan mengakomodasi kebutuhan mereka secara berbeda.


Penerapan ke depan (Rencana): 
Apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak?
Untuk menguatkan peran saya sebagai guru penggerak saya berencana untuk melakukan refleksi diri secara teratur setelah setiap pembelajaran atau interaksi dengan peserta didik. Saya harus memulai dari assemen diagnostik di awal tahun pembelajaran ini untuk mencari tahu potensi, masalah, dan gaya belajar siswa sebagai bekal saya untuk merencanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Saya juga akan terus mengembangkan kegiatan pembelajaran yang lebih diferensiasi dan mendorong kolaborasi serta partisipasi aktif dalam pembelajaran. dan saya juga melakukan pengembangan diri dengan terus belajar. Dengan begitu, saya yakin bahwa saya dapat menjadi guru penggerak yang lebih baik dan memberikan dampak positif pada peserta didik saya.
Sebagai ketua KKG PAI Kec. Muko-Muko bathin VII keinginan mengembang kolaborasi dan refleksi saya bertambah kuat. Bahwa saya bisa menggerakkan komunitas ini untuk bersama melakukan berbagai praktik dalam pembelajaran agar menjadi lebih menyenangkan dan diminati siswa.

Selasa, 16 Juli 2024

AKSI NYATA MODUL 1.1

AKSI NYATA MODUL 1.1 
Filosofi Ki Hadjar Dewantara 

Saalam Guru Penggerak " Tergerak, Bergerak, Menggerakkan" 
Joni Juli Yandra, S.Pd. 
Calon Guru Penggerak Angkatan 11
Kabupaten Bungo 


Perasaan saya setelah mengikuti pendidikan guru penggerak modul 1.1 Sebagai guru, saya memahami tujuan pendidikan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai kebahagian setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Setelah memahami modul ini saya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang sudah saya lakukan sebelumnya sehingga proses pembelajaran yang saya laksanakan lebih menghamba pada murid. Selanjtnya saya menyadari untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa tidak bisa saya lakukan sendiri, saya harus membangun kolaborasi dengan berbagai elemen sekolah mulai dari pengawas, kepala sekolah, rekan pendidik, dan wali murid agar saya dapat menggali potensi murid dengan tetap memperhaikan karakteristik siswa dalam mempersiapkan murid di masa depan menjadi selamat dan bahagia. Saya sebagai guru lebih tergerak untuk melakukan perbaikan dalam praktik pengajaran di kelas. Selama melakukan perbaikan, saya merasa pembelajaran yang saya laksanakan menjadi lebih menyenangkan, murid lebih bersemangat dan antusias mngikuti pembelajaran.

Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan sebagai berikut :
1. Perubahan pada rancangan pembelajaran yang terpusat pada murid, dengan pendekatan yang menempatkan murid sabagai fokus utama dalam pembelajaran. Sehingga murid bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya.
2. Perubahan metode pembelajaran yang sebelumnya monoton dengan satu metode saja kini sudah lebih bervariasi. Sehingga pembelajaran saat ini lebih interktif, kolaboratif, mandiri dan menyenangkan. Seperti penerapan pembelajaran berbasis game, bebas dari tekanan,dan menyenangkan.
3. Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik yang saya lakukan yaitu Saya berkolaborasi dengan  teman sejawat untuk berdiskusi menyiapkan perangkat pembelajaran serta mempersiapkan lingkungan belajar yang nyaman. Pada kegiatan pembelajaran saya menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk bahan ajar dan LKPD untuk memudahkan murid dalam memperoleh bahan pembelajaran sehingga murid lebih mudah untuk memahami tujuan pembelajaran.

Rangkaian pelaksanaan  (perencanaan, penerapan, dan refleksi) aksi. Pertama saya berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru untuk menyusun materi dan LKPD.  pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik agar  dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar yaitu dapat memahami kalimat-kalimat toyyibah dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.



Pada saat penerapan aksi di kelas, saya membuka pembelajaran dengan ice beraking yang seru dan semangat. Pada awal kegiatan pembelajaran ini terlihat siswa-siswa sangat aktif dan sangat menikmati ice breaking.
Sebagai pertanyaan pemantik saya menanyakan "apakah yang akan mereka ucapkan disaat perut kenyang setelah makan?".
Secara serentak siswa saya menjawab "Alhamdulillah" sambil mengusap perut dan tersenyum. Setelah menjelaskan makna dan tujuan kalimat toyyibah, siswa disusun membuat pola lingkaran, masing-masing anak mendapat satu lembar kertas yang berisi kalimat-kalimat toyyibah yang siap diwarnai. Masing-Masing anak hanya boleh mewarnai dengan satu warna saja dalam waktu satu menit, kemudian masing-masing anak memberikan kertas tersebut ke teman sebelahnya dan menyambung warna yang sudah diberikan oleh teman sebelumnya. Begitu terus berpuutar hingga kalimat-kalimat toyyibah itu diwarnai dengan sempurna.
Setelah pewarnaan selesai, masing-masing anak membacakan kalimat toyyibah yang dipegangnya dan menyampaikan kapan waktunya kalimat tersebut dibacakan secara bergantian. Diakhir pembelajaran, Siswa merefleksikan pembelajaran dengan menyebutkan kalimat-kalimat toyyibah secara bersama-sama.





Testimoni Dari Rekan Sejawat

Umi Kalsum S.Pd.

"Perubahan pembelajaran yang di lakukan oleh Bpk. Joni sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari awal pembelajaran yang sudah sangat terencana dan berkonsultasi dengan teman sesama guru. Sehingga penyusunan materi dan lembar kerja siswa menjadi lebih matang dan siap untuk diterapkan di sekolah. Pada saat penerapan terlihat siswa sangat bahagia dan antusias apalagi pada saat mewarnai kalimat toyyibah secara bergantian, keiatan ini menampakkan bahwa pembelajaran sangat aktif dan terbangun kolaborasi antar siswa dimana siswa harus mampu menyesuaikan warna yang cocok untuk menyambung warna sebelumnya sehingga menjadi sebuah karya yang baik. di akhir pembelajaran terlihat siswa mampu menghafal kalimat-kalimat tersebut tanpa paksaan dan mereka hafal dengan sendirinya pada saat mewarnai tadi."